Kamis, 15 September 2011

Kotak Harapan yang Kosong


Malam ini aku ingin sedikit bercerita kepada Sahabat Kopisusu tentang semua rasa yang akhir-akhir ini terus menginvasi hatiku (Hehee.. Ga apa-apa ya sedikit lebay juga). Sebuah rasa dari seorang wanita yang menarik.

Sedetik saja baru kusadari:

Lima bulan adalah waktu yang tak sedikit. Selama itu aku serupa memangku kotak kayu besar yang tanpa sengaja pernah kami buat bersama, dengan leluasa dan tanpa persetujuannya aku mulai menyebutnya 'kotak harapan'. Setiap hari kubersihkan ia dengan jemari, kubawa ia kesana-kemari dengan hati-hati.

Rasa berat memikulnya tentu pernah kurasa. Kadang pula aku meminta dia untuk bergantian menyimpannya, namun ia selalu tersenyum tanpa separuh kalimat pun yang terlantun.

Dari semua sikap yang telah kuterima dengan asik, aku mencoba bermimpi tentang senyuman pelangi dan kedipan gemintang yang genit sedang bersembunyi disebalik kotak itu, atau dengan kalimat lebih sederhana kukatakan; akan ada cahaya yang lebih cerah akan kudapat setelah membukanya.

Hari-hari yang kujalani sehangat cahaya mentari. Dan rasa lelah akibat beratnya kotak itu semakin kurasa tak berarti. Keyakinan telah berbunga. Aku semakin hebat bermimpi dan menunggu moment yang tepat untuk membuka kotak itu bersamanya di sebuah taman dengan angin sore yang mesra.

Kutunggu suasana romantis itu sampai beberapa hari kemarin. Lalu sekarang, saat jari ini menulis? Lupakan saja tentang taman, senja ataupun cahaya jingga, aku mungkin tak akan seberuntung itu.

Ya, aku mulai menyebut diriku bukanlah seorang yang beruntung sejak kerap kali kusimpan seikat tanya di beranda hatinya. Bukan setetes kesejukan dari tiap jawaban yang kuterima, dia malah merawatnya hingga aku mendapati semua tanyaku semakin tumbuh membesar dan menjalar. Aku sesak dengan tanyaku sendiri.

Malam ini akan kubantai semua tanya itu, kubuka kotak dengan sedikit keras, tidak lagi kutimang seperti biasanya. Detik-detik terakhir saat penutupnya hendak terbuka, detak jantungku semakin cepat mendorong derasnya aliran darah yang merayu hatiku untuk segera bertamasya dalam kata-kata di setiap lembaran kamus. Aku mulai menerka-nerka kata yang akan kusebut.



Kosong.

Itu kata pertama dan terakhir yang kudapat untuk semua jejak kami. Akhirnya kusadari sebuah satu kepahitan, aku serupa orang gila yang memikul kotak kosong tak berisi kemana pun aku pergi. Tak salah jika orang menertawaiku. Dia juga tak salah.

Salam Kopisusu..