Kamis, 04 Desember 2014

Surat Untuk Dewi


Bagaimana kabarmu, Wi? Sehatkah? 

Lama tak bertukar sapa denganmu. Lama tak kucicipi teh manis yg kamu antar ke kamarku, juga nasi bungkus sisa acara kampus yg kutunggu tengah malam. Atau juga film-film hollywood itu, terutama Forest Gumm. Siapa sangka kamu seberharga itu. 

Sekarang mah sepi. Seperti kembali ke hari-hari ketika kita tak saling mengenal. Tapi saat itu setidaknya ada senyummu kutangkap meski tak seminggu sekali, meski tak selalu kamu sadari. 

Bagaimana dengan kisah cintamu? Masih single-kah? Ah, biar kusederhanakan lagi tanyaku: 
Bagaimana dengan sahabatku itu? 

Iya, Wi, dia masih setia mengagumimu. Kamu hampir selalu jadi topik utama dalam obrolan terpenting kami. Selebihnya hanya tentang anime. 

Sebenarnya akulah yg selalu mengawali obrolan tentangmu. Kau masih ingat 'kan kalimat sederhanamu; "Tidak ada yang nyata di dunia ini kecuali keyakinanmu" itu? Hampir tiap hari aku membacanya, hampir sesering itu juga aku mengingatmu, karena kusimpan di bagian sudut kamar yg paling sering kulihat, bersebelahan dengan cantiknya foto kekasihku. 

Ada 3 hal lagi yg selalu bikin ingat kamu. Lukisan "Pak Tua" karyamu, seutas gelang pemberianmu (kamu harus bersyukur, aku tak pernah sekalipun melepasnya), dan selembar coretan yg kamu tulis di malam terakhir kamu tinggal di kosan. 

Kemarin sore aku beres-beres kamar, lalu tak sengaja menemukannya. Aku senyum-senyum sendiri pas baca tulisanmu itu. Sedikit kaget juga waktu kutahu ternyata hari itu tanggal 3 Desember 2012, sama dengan tanggal kemarin. Sekarang sudah jam dua dini hari, Wi, sudah masuk tanggal 4, tanggal perpisahan sudah lewat, berharap kita bisa memulai lagi semuanya; silaturahmi kita. 

Oh iya, aku masih sangat ingat. Katamu, akulah penghuni kosan yg paling jarang terlihat pergi ke kamar mandi. Iya, kamu benar. Mungkin itu sebabnya 2 tahun pertama kita begitu sulit berkenalan, karena bertemu pun jarang. Salahmu sendiri punya kamar kosan dekat kamar mandi. Hehee 
 saja kekasihku sedang ngomel sambil cemberut. Hmmm, akhirnya aku berani berkali-kali 
Tapi kini kebiasaan lamaku perlahan-lahan sudah kubuang, Wi. Tuhan tak membiarkanku tetap jadi hamba nakal. Dia sungguh Maha Baik, hingga setahun lalu Dia mengirimiku bidadari imut yg amat cerewet, dan akan semakin cerewet tiap kali aku malas mandi. Jika malas itu datang, kubayangkanmenyebutnya kekasih. 

Kini hidupku jauh lebih baik, Wi. Kuharap kamu tak kaget. Kamarku jarang berantakan lagi, aku juga punya beberapa kameja rapih, dan yg terpenting tiap bulan perlengkapan mandiku habis kupakai. Aku bahagia mengenalnya, seperti halnya mengenalmu. 

Ngetik banyak di hape tuh cangkeul ya. Tapi lebih cangkeul lagi nahan rindu. Jadi, kapan atuh kita bisa ketemu? 




Salam Celepuk,