Rabu, 10 Februari 2016

Surat Buat Adikku, Kijung

Teruntuk adikku yang tak seganteng kakaknya:


Berangkat dari obrolan terakhir kita tentang proposal skripsimu. Sebelum proposal itu kau serahkan ke dosen pilihanmu, ada baiknya telepon dulu si Emih dan si Bapak untuk memastikan 2 hal. Anggap saja ini sedikit saran dari kakakmu, iya sedikit, paling cuma beberapa paragraf lah.


Pertama, kau pasti paham bahwa restu Tuhan bergantung pada restu orangtua. Nah, tugasmu kini: mintalah restu untuk proposalmu. Atas restu mereka, setidaknya berbagai penolakan dari para dosen dapat diminimalisir. Karena percayalah, adikku, dalam segi apapun, penolakan selalu meninggalkan luka.




Kedua, mengenai struktural keluarga kita. Ini yang paling penting. Selama kamu pergi, ada banyak revolusi terjadi di rumah kita. Contoh nyatanya, kini kamar tidurmu telah berubah jadi gudang, tempat berkumpulnya tikus, kecoa, dan kutu busuk untuk bergosip. Bisa kamu bayangkan bagaimana mengerikannya itu. Tapi jauh di luar asumsi kita, ada yang lebih mengerikan lagi. Semua revolusi ini bisa jadi merupakan teguran tegas untukmu karena jarang pulang. Iya, jika hari ini kamarmu yang hilang, maka besok-besok mungkin namamu yang hilang dari Kartu Keluarga. Waspadalah!


Tuh 'kan cuma beberapa paragraf.


Selamat malam dan selamat berjuang. Pastikan semangatmu tetap menjulang tinggi. Kalaupun sesekali merosot, ingatlah nama keren yang akan kaubawa seumur hidup: Dadan Danry Hendrawan, S.Hum.


Dari Kakak Dunia-Akhirat-Mu,
Deden Denry Musthafa