Pagi-pagi sekitar jam tujuh lewat ada sesuatu yang mengganggu, sulit untuk diabaikan. Rencana tiduran pun dibuatnya mengalah.
Padahal malas keluar. Tapi mau bagaimana lagi, perut egois ini tak bisa kompromi. Sepertinya cacing-cacing di usus pun berteriak penuh amarah. Dengan lapang dada, aku mengalah saja lah untuk keluar mencari makanan kecil. Yang penting bisa menenangkan si lapar yang menggerogoti perutku.
Rupanya suasana di luar masih ramai oleh tukang sayuran walaupun sang mentari sudah mengambil posisi. Banyak orang-orang berlalu lalang memenuhi aktivitasnya masing-masing. Ada yang membeli sayuran, berangkat sekolah, berangkat kerja, dan ada pula mahasiswa yang hendak kuliah. Sedangkan aku sendiri yang kebetulan tak ada jadwal hari ini berencana berdiam diri di kosan.
Walau mataku terganggu melihat mereka yang tak mau diam, seketika itu langsung memfokuskan diri semula pada tujuan utama, 'Mencari Makanan'. Akhirnya kudapati seorang wanita renta masih dengan dagangannya di atas meja. Langsung kupercepat langkah dengan mantap.
"Bu, ada apa aja?" Tanyaku pada sang pedagang sesaat tiba di depannya.
"Ada nasi kuning, soto, sama ketoprak" Jawabnya dengan ramah.
Alhamdulillah, ternyata masih ada rezeki buat perutku pagi ini.
"Ketopraknya satu, Bu. Dibungkus" Pintaku.
"Pedes, De?"
"Ah sedang aja, Bu. Takut sakit perut"
Dengan sedikit tersenyum mendengar jawabanku itu, ibu sang pedagang pun langsung membuatnya dengan cepat. Padahal di atas meja begitu banyak wadah, tapi tak satupun bumbu yang tertukar (Mungkin karena sudah biasa kali ya, hingga tangannya terprogram otomatis mengambil ini itu saat kusebut kata 'ketoprak'. Hehe..).
Sambil menunggu, aku duduk di kursi yang tersedia memerhatikan ketangkasan si ibu.
"Ini, De"
Akhirnya selesai juga.
"Berapa, Bu?" Tanyaku. Karena sebelumnya aku tak pernah sarapan pagi-pagi.
"Buat Ade mah 3.500 aja. Soalnya kalo buat mahasiswa kan biasanya 4.000," Jawab si Ibu.
Kubalas dengan senyuman terpaksa. Memangnya aku terlihat tak seperti mahasiswa ya? Tanyaku dalam hati.
Aku hanya diam sambil memegang dompet. Bingung. Apa yang harus kuperbuat.
Jika kubayar hanya 3.500, berarti aku telah membohongi si ibu. Tapi bicara jujur rasanya tak memungkinkan, tak tega melihat si ibu jadi tersipu malu.
Akhirnya kuputuskan untuk membayar 4.000 dengan alasan ambil saja kembaliannya. Padahal di dompet ada beberapa koin gope-an. Biasa lah, anak kosan hobinya ngoleksi uang koin.
Uh.. Ada-ada saja. Tapi kumaklum, namanya juga ibu-ibu.
Mungkin lain kali aku harus lebih rajin lagi memakai jas almamater. Sekaligus membuktikan pada dunia bahwa...
"Aku adalah Mahasiswa Teknik Refrigerasi dari Universitas Pendidikan Indonesia"