Perjalanan Menuju Tasik Malam
Pada senja, sebelum akhirnya menemani pekat kabut pagi menulis catatan ini. Langit sendu telah menguraikan rasanya yang tertampung di awan hitam. Dengan geram menghentikan perjalanan kemarin, perjalanan teragenda ke rumah seorang teman sekelas.
Kian membesar, akhirnya memutuskan untuk berhenti sementara di depan sebuah toko yang berderet di sepanjang Cihampelas Walk-Bandung. Lima motor kukenal terparkir sejajar setia menanti, tak ikut berteduh.
Dengan pakaian sedikit basah, kulihat tak jauh di samping yang menarik perhatian. Seorang bapak tua dengan topi lusuhnya berteman sejingjing kewajiban harian yang harus dipenuhinya tanpa jawaban yang pasti. Beserta dagangannya ia tengah duduk bersandar di dinding depan toko.
Terlukis jelas guratan di wajah yang membingkai sorotan lelah, tertutupi kepulan asap yang keluar halus dari mulutnya. Begitu berat beban di pundaknya. Kini ia tertunduk hingga ku tak bisa melihat mata yang penuh harapan itu.
Pluk...
Pluk...
Sesuatu yang digenggam terjatuh. Mulutnya tak menghembuskan asap lagi, tapi menganga seperti tanpa kendali.
Aku begitu menikmati ketenangannya di tengah-tengah sejuta keluhan manusia pada Tuhan, karena telah menghambat keegoisannya. Protes pada Sang Khaliq.
Lalu ia memungut kembali untuk dihisapnya beberapa kali lagi.
Baru kusadari bapak tua itu tengah melintasi alam lain sekian detik lalu, hanya selama batang beraroma nikotin itu jatuh pada lantai hampir basah. Terlihat tenang di jajahan dingin dan suara keras dari lagu yang diputar toko sebelah.
Aku begitu menikmati ketenangannya di tengah-tengah sejuta keluhan manusia pada Tuhan, karena telah menghambat keegoisannya. Protes pada Sang Khaliq.
Lalu ia memungut kembali untuk dihisapnya beberapa kali lagi.
Baru kusadari bapak tua itu tengah melintasi alam lain sekian detik lalu, hanya selama batang beraroma nikotin itu jatuh pada lantai hampir basah. Terlihat tenang di jajahan dingin dan suara keras dari lagu yang diputar toko sebelah.
Suara rincik seakan membiusnya. Seperti menimpali musik yang diputar sejak tadi. Lantunannya meninabobokan si bapak.
Rasanya malu melihatnya. Tak henti-hentinya diri ini meminta di ladang kecukupan. Kulihat si bapak dengan nikmat meresapi kesederhanaan yang ada.
Ya Rabb.. Ampuni aku yang awam dalam menafsirkan mahacinta-Mu. Mohon anugerahi langkahku yang baru dimulai ini, yang masih di tengah jalan ini.
Tak ingin hamba memohon, kecuali pada-Mu.
Tak ingin hamba memohon, kecuali pada-Mu.
Tasik 2010