Ini kisah di suatu rumah kontrakan di Jalan Negla Utara-Bandung.
Kemarin, malam sebelumnya.. Seperti biasa kami: Indra, Dika (Kebit), Yogi dan saya tentunya memang sering ngobrol-ngobrol di ruang tamu, lebih tepatnya sih tempat menyimpan motor-motor (Biasa lah.. Namanya juga rumah kontrakan, ruang tamu pun bisa merangkap garasi. Hehe..). Kami berempat membicarakan segala hal. Dari semua yang terjadi hari ini, yang telah lalu, bahkan sampai berangan-angan masa yang akan datang.
Kemarin, malam sebelumnya.. Seperti biasa kami: Indra, Dika (Kebit), Yogi dan saya tentunya memang sering ngobrol-ngobrol di ruang tamu, lebih tepatnya sih tempat menyimpan motor-motor (Biasa lah.. Namanya juga rumah kontrakan, ruang tamu pun bisa merangkap garasi. Hehe..). Kami berempat membicarakan segala hal. Dari semua yang terjadi hari ini, yang telah lalu, bahkan sampai berangan-angan masa yang akan datang.
Hingga pada suatu titik, Indra akhirnya menceritakan keluhnya mengenai rencana jual motor CB100 miliknya yang kebetulan ada seseorang di Jakarta menawar dengan harga Rp 2,7 Juta lewat Kaskus. Harga itu ia minta sudah dengan pengiriman, tanpa menambah biaya lagi (Maksudnya biaya pengiriman sebesar Rp 150 Ribu). Indra belum menyetujuinya, bukan karena harus mengeluarkan biaya tambahan prihal pengiriman motornya dari Bandung ke Jakarta.
Sebenarnya sudah laku pun syukur, karena ia memang hendak menjual motor tersebut jauh hari sebelumnya, apalagi dengan harga cukup lah. Namun yang menjadi persoalan, pembeli asal Jakarta itu hanya mau membayar setengahnya dulu dan membayar sisanya setelah motor berada ditangannya.
Hal yang dilematis. Di satu sisi ingin segera laku, tapi di sisi lain bisa saja ini sesuatu yang tak diinginkan. Takut modus penipuan.
Masing-masing mengeluarkan argumennya memberi tanggapan mencoba memecahkan masalah. Tiba-tiba semuanya tertahan oleh suara pesan dari salah seorang sahabat di tempat yang berbeda, Habi namanya. Ia meminta agar Indra segera ke warnet dan mengecek kaskus, tanpa memberitahu ada apa.
Menerima SMS tersebut, Indra langsung cabut ke warnet Barokah, sebuah warnet dekat kami tinggal. Sedangkan bertiga lainnya, termasuk saya hanya diam dalam tanya.
Tak memboroskan waktu, akhirnya Indra datang dengan wajah berseri. Ternyata ada seorang pembeli asal Antapani-Bandung menyanggupinya dengan harga 2,65 Juta, katanya. Ia meminta bertemu di UPI, kampus dimana kami kuliah (jarak yang dekat). Tanpa berdiskusi, Indra pun menyetujuinya. Let's Rock, itulah istilah yang pantas keluar.
Alhamdulillah.. Transaksi pun terjadi di tanah Bumi Siliwangi ini.
Mungkin tak semua yang terjadi sesuai dengan keinginan kita, rencana kita. Tapi jauh di atas segalanya, skenario-Nya memang sungguh INDAH.
"Rezeki takkan kemana", begitu sering orang tua bilang.
Wallahu a'lam..